Dari Nadhar bin Ismail yang berkata: Saya pernah mendengar Umar bin Dzar [1] berkata:
Kamu sekalian telah cukup mengerti tentang kematian, maka kamu menunggu-nunggu kedatangannya siang dan malam.
Mungkin kamu meninggal sebagai seorang yang sangat dicintai oleh
keluarganya, dihormati oleh kerabatnya, dan dipatuhi oleh masyarakatnya,
dipindahkan keliang yang kering dan batu-batu cadas yang bisu. Tidak
ada seorangpun dari keluarga yang bisa memberikan bantal, kecuali hanya
menempatkannya di tengah kerumunan binatang serangga. Adapun bantal pada
saat itu berupa amal perbuatannya.
Atau mungkin kamu meninggal sebagai orang yang malang dan terasing. Di
dunia, ia telah ditimpa banyak kesedihan, usaha yang dilakukan sudah
berkepanjangan, badan telah kepayahan, lantas kematian tiba-tiba
menjemput sebelum ia meraih keinginannya.
Atau mungkin kamu adalah seorang anak yang masih disusui, orang yang
sakit, atau orang yang tergadai dan tergila-gila dengan kejahatan.
Mereka semua diundi dengan anak panah kematian.
Tidak adakah pelajaran yang bisa dipetik dari perkataan para juru nasihat?!
Sungguh, seringkali saya berkata: “Maha Suci Allah Jalla Jalaluhu.
Dia telah memberi tempo kepada kamu sehingga seakan-akan menjadikan kamu
lalai.” Kemudian saya kembali melihat kepemaafan dan kekuasaan-Nya,
lantas berkata: “Tidak, tetapi Dia mengakhirkan kita sampai pada batas
ajal kita, sampai pada hari di mana mata menjadi terbelalak dan hati
menjadi kering.”
“Artinya : Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan
mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati
mereka kosong.” [Ibrahim : 43]
“Ya Rabbi, Engkau telah memberikan peringatan, maka hujjah-Mu telah tegak
atas hamba-hamba-Mu”
atas hamba-hamba-Mu”
Kemudian ia membaca:
“Artinya : Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari
(yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah
orang-orang yang zhalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun
dalam waktu yang sedikit.” [Ibrahim : 44]
Kemudian ia berkata:
“Wahai pelaku kezhaliman! Sesungguhnya kamu sedang berada dalam masa
penangguhan yang kamu minta itu, maka manfaatkanlah sebelum akhir masa
itu tiba dan bersegeralah sebelum berlalu. Batas akhir penangguhan
adalah ketika kamu menemui ajal, saat sang maut datang. Ketika itu tidak
berguna lagi penyesalan.
Anak Adam ibarat papan yang dipasang sebagai sasaran dari panah
kematian. Siapa yang dipanah dengan anak panah-anak panahnya, tidak akan
meleset. Dan bila kematian itu telah menginginkan seseorang, maka tidak
akan menimpa yang lain.
Ketahuilah, sesungguhnya kebaikan yang paling besar adalah kebaikan
di akhirat yang abadi dan tidak berakhir, yang kekal dan tidak fana,
yang terus berlanjut dan tak kenal putus.
Hamba-hamba yang dimuliakan bertempat tinggal di sisi Allah Ta’ala di
tengah segala hal yang menyenangkan diri dan menyejukkan pandangan.
Mereka saling mengunjungi, bertemu, dan bernostalgia tentang hari-hari
mereka hidup di dunia.
Tentramlah kehidupan mereka. Mereka telah memperoleh apa yang mereka
inginkan dan meraih apa yang mereka cari, karena keinginan mereka adalah
berjumpa dengan majikan Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Anugerah.
[2]
[Disalin ulang dari: "Wasiat Para Salaf", Penulis Syaikh Salim bin
'Ied Al Hilali, Penerjemah: Hawin Murtadho. Penerbit: At-Tibyan, Solo.
Cetakan kedua: Juli 2000 M, hal.111-114]
_________
Foote Note
[1]. Dia adalah Umar bin Dzar biun Abdillah bin Zaraqah Al-Hamdani Al-Murhabi, seorang tabi’it tabi’in yang tsiqah, wafat pada tahun 135 H. Riwayat hidupnya ada dalam “Tahdzibut Tahdzib” (VII:144), “Hilyatul Auliya” (V:108) dan lain-lain
[2]. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam ‘Al-Hilyah’ (V:115-116)
_________
Foote Note
[1]. Dia adalah Umar bin Dzar biun Abdillah bin Zaraqah Al-Hamdani Al-Murhabi, seorang tabi’it tabi’in yang tsiqah, wafat pada tahun 135 H. Riwayat hidupnya ada dalam “Tahdzibut Tahdzib” (VII:144), “Hilyatul Auliya” (V:108) dan lain-lain
[2]. Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam ‘Al-Hilyah’ (V:115-116)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !