KEPEDULIAN SOSIAL
A. PENDAHULUAN
Manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut sosial.
Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial, makhluk yang memerlukan
orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran, tolong-menolong dan
lain sebagainya. Dalam pandangan Islam seseorang tidak akan dikatakan sempurna
imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Kendatipun pandangan Islam
sudah demikian benar, namun kenyataannya masih banyak orang yang kurang peka
terhadap permasalahan sosial sekarang ini sehingga tatanan sosial menjadi
kurang seimbang yang akhirnya terjadilah banyak kekacauan seperti pencurian,
perampokan, pembunuhan, jual beli manusia dan lain sebagainya yang mungkin saja
hal ini terjadi yang disebabkan salah satunya karena faktor kurang peduli
terhadap permasalahan sosial ataupun pihak pemerintah belum mampu mengentaskan
permasalahan pengangguran, juga bisa jadi karena orang yang miskin pun kurang
memiliki mental yang positif apalagi saat ini dunia sedang terhegemoni oleh
pemikiran barat yang sekular dan liberal. Sangat ironis memang jika
sifat apatis terhadap sosial itu dimiliki oleh orang Islam.
Disisi lain seorang muslim mempunyai karakter dan
kewajiban yang sama besarnya dengan hablum minallah yaituhablum
minannas atau hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan
tersebut merupakan hubungan yang lebih kompleks, karena hubungan ini terjadi
antara pihak yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dengan
dinamika. Oleh karena itu perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk yang
dibekali rasa, karsa, dan periksa, sehingga segala tindakanya selalu
terpengaruh oleh ketiga hal tersebut.[1]
Dalam hubunganya dengan sesama,
seorang muslim mempunyai kewajiban untuk saling peduli. Hal tersebut dapat
dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti saling menolong, memberi,
mengasihi dan lain sebagainya. Namun dalam kenyataanya masih banyak muslim yang
apatis terhadap tanggung jawab sosial tersebut. Padahal sejatinya sudah sangat
jelas Islam juga mewajibkanya seperti perintah-perintah yang tercantum dalam al
Qur’an dan Hadits Nabi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai hadits-hadits tentang kepedulian sosial sebagai cara untuk mengetahui
urgensi kepedulian sosial tersebut.. Diharapkan dengan hal ini kita sebagai seorang muslim
akan lebih peka dengan realita sosial yang ada. Karena itu merupakan kewajiban
kita sebagai hamba-Nya untuk saling mengasihi terhadap sesama.
B. TEKS HADITS DAN TERJEMAHAN
Hadits
yang berkaitan dengan Kepedulian Sosial
1.
Hadits Abu Hurairah tentang membuang duri di jalan
عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :كُلُّ سُلامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ
صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ قَالَ تَعْدِلُ بَيْنَ
الاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا
أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ قَالَ وَالْكَلِمَةُ
الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ
وَتُمِيطُ الاذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ (أخرجه مسلم في كتاب الزكاة)
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a.
beliau berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Setiap ruas
tulang pada
badan manusia wajib atasnya untuk sedekah
pada setiap hari matahari terbit, kamu melakukan keadilan diantara dua
orang yang berselisih faham adalah sedekah, kamu membantu orang yang menaiki kendaraan atau kamu mengangkat barang-barang
untuknya kedalam kenderaan adalah sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah,
setiap langkah kamu berjalan untuk menunaikan solat adalah sedekah dan kamu
membuang perkara-perkara yang menyakiti di jalan adalah sedekah.”[2]
2. Hadits Abu
Hurairah tentang menolong orang lain
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَالاخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا
وَالاخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ
أَخِيهِ (أخرجه مسلم في كتاب الذكروالدعاء والتوبة والاستغفار)
Artinya : “Dari
Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda ; barang siapa yang melepaskan
kesusahan seorang mu’min dari kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan
kesusahanya di hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan orang dari
kesusahan, maka Allah akan memudahkanya di dunia dan akhirat, dan barang siapa
yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat. Sungguh Allah akan menolong hamba-Nya selama dia menolong saudaranya.”
C. ANALISIS HADITS
Hadits di atas mengajarkan kepada
kita untuk selalu memperhatikan sesama muslim dan memberikan pertolongan jika seseorang
mendapatkan kesulitan, kami dari pemakalah menganalisis hadits – hadits
diatas sebagai berikut :
Dalam hadits pertama di atas,
dijelaskan bahwa setiap ruas tulang pada manusia harus disedekahi
pada setiap matahari terbit, sebagai contoh sedekah pagi hari yaitu
melaksanakan sholat dhuha. Selain itu setiap langkah kita
dalam melaksanakan kebaikan juga termasuk sedekah.
Hadits di atas menunjukkan bahwa dalam Islam, sekecil apapun perbuatan baik
akan mendapat balasan dan memiliki kedudukan sebagai salah satu pendukung akan
kesempurnaan keimanan seseorang.
Duri dalam konotasi secara sekilas menunjukkan pada sebuah benda yang hina.
Akan tetapi, jika dipahami lebih luas, yang dimaksud dengan duri di sini adalah
segala sesuatu yang dapat membahayakan pejalan kaki, baik besar maupun kecil.
Hal ini semacam ini mendapat perhatian serius dari Nabi saw. sehingga
dikategorikan sebagai salah satu cabang daripada iman, karena sikap semacam ini
mengandung nilai kepedulian sosial, sedang dalam Islam ibadah itu tidak hanya
terbatas kepada ibadah ritual saja, bahkan setiap ibadah ritual, pasti di
dalamnya mengandung nilai-nilai sosial.
Di samping hal tersebut di
atas, menghilangkan duri dari jalan mengandung pengertian bahwa setiap muslim
hendangkan jangan mencari kemudlaratan, membuat atau membiarkan kemudlaratan.
Selain itu dalam hadits pertama begitu
jelas dapat kita
pahami bahwa segala yang ada pada diri kita adalah sedekah. Kata sedekah sendiri berasal dari
bahasa Arab, al shodaqoh. Kata ini diambil dari kata al
shidq (benar) karena ini menunjukan kebenaran untuk Allah. Sedangkan
menurut Al Jurjani sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharap
pahala Allah.[3]
Namun maksudnya sedekah itu tidak hanya terbatas pada
materi (harta) saja, namun bisa dilakukan dengan apapun yang kita punya.
Dicontohkan pula oleh Nabi bahwa melakukan keadilan diantara dua orang yang
berselisih faham adalah sedekah, perkataan yang baik adalah sedekah, senyum an dalah sedekah dan lain sebagainya. Maka
karena begitu pentingnya sedekah, hingga seseorang belum bisa dikatakan kepada
kebajikan yang sempurna sebelum menafkahkan sebagian hartanya yang dicintai.
Berikut adalah beberapa manfaat dari sedekah :
1.
Sedekah adalah sebaik-baiknya harta investasi
2.
Sedekah akan menjadi tameng dari api neraka
3.
Sedekah akan menjadi tempat bernaung kelak di hari
kiamat
4.
Sedekah akan menjadi penghalang siksaan
5.
Sedekah akan menjadi obat bagi yang sakit
6.
Sedekah akan menghalau bencana
7.
Sedekah akan memudahkan segala urusan
8.
Sedekah akan mendatangkan rizki.[4]
Berdasarkan uraian di atas, dapat di pastikan bahwa orang yang
bersedekah pasti dicintai Allah, karena ia mengalahkan egonya yang memiliki
watak cinta harta. Karena orang yang bersedekah lebih mementingkan cinta Tuhan
daripada tabi’at dirinya, sehingga Allah memberinya rasa aman
dari setiap hal yang menakutkan di akhirat.[5]
Dapat kita pahami bersama bahwa sedekah merupakan
suatu bentuk kepedulian sosial. Kerena dalam sedekah mendidik kita untuk saling
memberi, menolong dan mengasihi terhadap sesama. Dalam Islam tentu sangat
menganjurkan untu peduli terhadap sesama sebagai salah satu wujud habluminallah yang
salah satu bentuknya adalah sedekah. Jadi sedekah mempunyai arti penting dalan
kepedulian sosial.
Sedekah sebagai salah satu bentuk
kepedulian sosial sangan dianjurkan dalam Islam. Namun yang perlu dipahami
bahwa kepedulian sosial tidak hanya dengan harta, bisa dengan apapun yang kita
punya. Bahkan dalam hadits di atas sekedar berkata baik adalah sedekah yang
artinya merupakan suatu bentuk kepedulian sosial. Sehingga jika dilandasi
dengan niat yang ikhlas, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan baik di
dunia ataupun di akhirat.
Dalam
Hadits kedua mengajarkan
kita untuk peduli dengan sesama muslim antara lain sebagai berikut :
1.
Melepaskan
berbagai kesusahan orang mukmin
Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya, bergantung pada kesusahaan
yang diderita oleh saudarnya seiman tersebut. Jika saudaranya termasuk orang
miskin, sedangkan ia termasuk orang berkecukupan atau kaya, ia harus berusaha
menolongnya dengan cara memberikan pekerjaan atau memberikan bantuan sesuai
kemampuannya; jika saudaranya sakit, ia berusaha menolongnya, antara lain
dengan membantu memanggilkan dokter atau memberikan bantuan uang alakadarnya
guna meringankankan biaya pengobatannya; jika saudaranya dililit utang, ia
berusaha untuk mencarikan jalan keluar, baik dengan memberikan bantuan agar
utangnya cepat dilunasi, maupun sekedar memberikan arahan-arahan yang akan
membantu saudaranya dalam mengatasi utangnya tersebut dan lain-lain.
Orang muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan kesusahan saudaranya
seiman berarti telah menolong hamba Allah SWT yang sangat disukai oleh-Nya dan
Allah SWT pun akan memberikan pertolongannya serta menyelamatkannya dari
berbagai kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat.
Berbahagialah bagi mereka yang bersedia untuk melepaskan penderitaan sesama orang mukmin karena pada hari
kiamat nanti, Allah akan menyelamatkannya.
2. Melonggarkan
kesusahan orang lain
Adakalanya suatu masalah sangat sulit untuk diatasi atau hanya dapat
diselesaikan oleh yang bersangkutan. Terhadap masalah seperti itu, seorang
mukmin ikut melonggarkannya atau memberikan pandangan dan jalan keluar,
meskipun ia sendiri tidak terlibat secara langsung. Bahkan, dengan hanya
mendengarkan keluhannya saja sudah cukup untuk mengurangi beban yang dihadapi
olehnya.
Dengan demikian, melonggarkan kesusahann orang lain haruslah sesuai dengan
kemampuan saja, dan bergantung kepada kesusahan apa yang sedang dialami oleh
saudaranya seiman tersebut. Jika mampu meringankan kesusahannya dengan
memberikan materi, berilah materi kepadanya. Dengan demikian, kesusahannya
dapat berkurang, bahkan dapat teratasi. Namun jika tidak memiliki materi,
berilah saran atau jalan keluar agar masalah yang dihadapinya cepat selesai.
Bahkan jika tidak mempunyai idea tau saran, doakanlah agar kesusahannya dapat
segera diatasi dengan pertolongan Allah SWT. Termasuk doa paling baik jika
mendoakan orang lain dan orang yang didoakan tidak mengetahuinya.
3. Menutupi aib
seorang mukmin serta menjaga orang lain dari berbuat dosa
Orang mukmin pun harus berusaha menutupi aib saudaranya. Apalagi jika ia tahu
bahwa orang yang bersangkutan tidak akan senang kalau aib atau rahasianya
diketahui oleh orang lain. Namun demikian, jika aib tersebut berhubungan
dengfan kejahatan yang dilakukannya, ia tidak boleh menutupinya. Jika hal itu
dilakukan, berarti ia telah menolong orang lain dalam hal kejahatan sehingga
orang tersebut terhindar dari hukuman. Perbuatan seperti itu sangat dicela dan
tidak dibenarkan dalam Islam.Sabda Nabi Muhammad SAW “Barangsiapa yang
menutupi aib seorang muslim” maksudnya menutupi aib orang yang baik,
bukan orang-orang yang telah dikenal suka berbuat kerusakan. Hal ini berlaku
dalam kaitannya dengan dosa yang telah terjadi dan telah berlalu.
Namun apabila kita melihat suatu kemaksiatan dan sesorang sedang mengerjakannya
maka wajib bersegera untuk mencegahnya dan menahannya. Jika dia tidak mampu,
boleh baginya melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan muncul
mafsadah (yang lebih besar).
Terhadap orang yang telah terang-terangan melakukan maksiat tidaklah perlu
ditutup-tutupi karena menutup-nutupinya menyebabkan ia melakukan kerusakan dan
bebas menganggu serta melanggar hal-hal yang ham dan akhirnya dapat menarik
orang lain untuk melakukan sebagaimana yang ia lakukan. Bahkan hendaknya ia
melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan timbulnya mafsadah.
4. Allah SWT
senantiasa akan menolong hamba-Nya, selagi hamba itu menolong saudaranya.
Jika telaah secara seksama, pertolongan yang diberikan seorang mukmin kepada
saudaranya, pada hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Hal ini karena
Allah pun akan menolongnya, baik di dunia maupun di akhiratselama hamba-Nya mau
menolong saudaranya. Dengan kata lain, ia telah menyelamatkan dirinya sendiri
dari berbagai kesusahan dunia dan akhirat.
Maka orang yang suka menolong orang lain, misalnya dengan memberikan bantuan
materi, hendaknya tidak merasa khawatir bahwa ia akan jatuh miskin atau ditimpa
kesusahan. Sebaliknya, dia harus berpikir bahwa segala sesuatu yang ia miliki
adalah miliki Allah SWT. Jika Dia bermaksud mengambilnya maka harta itu habis.
Begitu juga jika Allah bermaksud menambahnya, maka seketika akan bertambah
banyak.
D. PENUTUP
1.
Simpulan
Sudah jelas hadits di atas
mengajarkan kepada kita bahwa seorang muslim itu harus saling tolong-menolong
dalam kebenaran dan kesabaran, selain itu hadits ini juga mengajarkan kepada
kita agar peka terhadap problematika sosial yang muncul di hadapan kita
sehingga jika kita meringankan beban orang lain maka pada hakikatnya kita telah
meringankan beban kita sendiri .
Dijelaskan bahwa Setiap sendi tubuh badan manusia adalah sedekah.
Dicontohkan pula ketika kita melakukan keadilan diantara dua orang yang
berselisih faham adalah sedekah, kita membantu orang yang menaiki kendaraan atau kamu mengangkat barang-barang
untuknya kedalam kendaraan adalah sedekah, kita berkata yang baik adalah sedekah, dan lain
sebagainya. Hal itu membuktikan bahwa sedekah sebagai wujud dari kepedulian
sosial tidak harus dilakukan dengan harta atau materi, namun bisa dilakukan
dengan apa saja. Prinsip itulah yang menandakan bahwa Islam tidak membeda-bedakan antara kaya dan miskin kaitanya untuk mendapat
pahala.
Islam juga sangat mengapresiasi
terhadap pemeluknya yang mempunyai kepedulian terhadap sesama. Bukti apresiasi
itu adalah kebaikan Allah yang akan diberikan kepadanya baik di dunia ataupun
di akhirat. Itulah janji Islam
terhadap orang yang mau menolong sesama. Bahkan karena begitu pentingnya kepedulian
sosial, Konsep tersebut menurut Islam adalah sebagai bentuk ketaqwaan dengan
saling mengasihi terhadap sesama dengan berdasarkan aqidah Islam.
2.
Kata
Penutup
Demikian
makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Al
Heleli, Maghdi, Fait First, (Semarang : Pustaka Nuun, 2009).
Asmoro,
Toto, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press,
2000).
Husna,
Khotimatul, 40 Hadits Pedoman Membangun Toleransi, (Yogyakarta
: Pustaka Pesantren, 2006).
Ibnu
Hajar AL Asqolani, Al Hafizd, Terjemah Bulughul Maram, Ter.
Hamim Thohari Ibnu M. Dailimi, (Beirut : Dar al Kotob al Ilmiyah, 2002).
Imam an-Nawawi. Riyadlush
ash-Shalihin, Syarah Shahih Muslim. Beirut:Dar al-Fikr
Muslim,
Imam, Shahih Muslim, (Bandung : Multazam, 1974).
Mustofa
Al Maraghi, Ahmad, Tafsir Maraghi, (Semarang : PT. Karya Toha
Putra, 1993).
Rahman,
M. Fauzi, Wanita yang Dirindukan Surga, ( Bandung : PT. Mizan
Pustaka, 2010).
http://kulinerakal.blogspot.com/2011/07/hadits-hadits-kepedulian-sosial.
[3] M. Fauzi Rahman, Wanita
yang Dirindukan Surga, ( Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2010), Cet.2, hlm. 121
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !