DOSA-DOSA
BESAR DAN TAUBAT
A.
PENDAHULUAN
Di dalam ajaran Islam, dikenal adanya dosa besar dan dosa kecil. Namun
tidak didapati dalam al-Qur’an dan Hadits tentang kesalahan apa saja yang dapat
dikategorikan dosa besar dan dosa kecil. Hadits yang merupakan sumber hukum kedua
setelah al-Qur’an, sebagaimana fungsi hadits diantaranya sebagai penjelas al-Qur’an, tidak menjelaskan
semua itu, justru yang terungkap hanya dosa-dosa yang paling besar diantara
dosa-dosa besar.
Kita sebagai manusia pastilah pernah melakukan kesalahan dan dosa, maka
hendaknya segeralah melakukan taubat, karena Allah swt senantiasa bersedia
memberi ampunan setiap waktu dan menerima taubat setiap saat.
Untuk itu
dalam pembahasan makalah ini kami akan menyajikan bahan diskusi yang berjudul Dosa
Besar dan Taubat, kami akan memaparkan tentang hal yang berkaitan dengan dosa besar dan taubat, hadits tentang dosa
besar, dan taubat.
Dari sekilas uraian di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan pembahasan ini adalah :
1.
Apakah pengertian dosa besar,
2.
Apakah pengertian tentang taubat,
3.
Adakah hadits yang menjelaskan tentang dosa besar,
4.
Adakah hadits yang menjelaskan tentang perintah taubat.
B.
HADITS TENTANG DOSA BESAR
DAN TAUBAT
1.
Hadits tentang dosa besar
Hadits pertama.
عن أنس رضي الله عنه قال سئل النبي صلى الله
عليه وسلم عن الكبائر قال الإشراك بالله و عقوق الوالدين و قتل النفس و شهادة الزور. ( رواه البخاري)
Artinya : “Dari Anas r.a Nabi Muhammad ditanya dari dosa-dosa besar, Nabi Muhammad
menjawab menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh orang dengan
tidak ada alasan yang benar dan saksi yang palsu”. ( HR. Al Bukhori )[1]
Hadits kedua.
عن أبي هريرة رضي الله عنه،عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال: (اجتنبوا السبع الموبقات). قالوا: يا رسول الله: وما هن؟ قال: الشرك بالله،
والسحر، وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق، وأكل الربا، وأكل مال اليتيم،
والتولي يوم الزحف، وقذف المحصنات المؤمنات الغافلا ( رواه البخاري)
Artinya :
“Dari Abi Hurairah r.a Nabi Muhammad bersabda jauhilah kamu sekalian tujuh perkara yang
merusak. Sahabat bertanya wahai Rasulullah dan itu apa?, rasul menjawab :
“Menyekutukan Allah, sihir, membunuh orang yang telah diharamkan oleh Allah
kecuali dengan hak, memakan riba, makan harta bendanya anak yatim, berpaling
pada hari pertempuran (lari), menyangka seorang perempuan mukmin berzina.” (HR.
Al Bukhori).
2.
Hadits tentang taubat
Hadits pertama.
عن أبي بردة عن رجل من المهاجرين يقول سمعت النبي صلى
الله عليه وسلم يقزل ياأيها الناس تويوا إلى الله واستغفروه فإني أتوب إلى الله و
أستغفروه في كل يوم مائة مرة أو أكثر من مائة مرة. (رواه أحمد)
Artinya :
“Dari Abi Burdah dari seorang laki-laki dari sebagian sahabat Muhajirin beliau
mengatakan kami telah mendengar Nabi Muhammad bersabda “Wahai ingatlah manusia,
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dan mohonlah pengampunan kami sekalian
kepada-Nya, maka sesungguhnya kami bertaubat kepada Allah dan kami mohon
pengampunan kepada-Nya pada tiap hari 100 kali atau lebih”. ( HR. Ahmad
)
Hadits kedua.
عن
أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم؛ أنه قال, قال الله عز وجل: أنا عند ظن
عبدي بي وأنا معه حيث ذكرني والله! لله أفرح بتوبة عبده من أحدكم يجد ضالته
بالفلاة ومن تقرب إلي شبرا، تقربت إليه
ذراعا ومن تقرب إلي ذراعا، تقربت إليه
باعا وإذا أقبل إلي يمشي، أقبلت إليه أهرول
.( رواه مسلم )
Artinya : “Dari
Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah saw,
beliau bersabda : “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Aku
menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia ingat kepadaKu.
Demi Allah, sungguh Allah lebih suka kepada taubat hambaNya dari pada salah
seorang di antaramu yang menemukan barangnya yang hilang di padang. Barangsiapa
vang mendekatkan diri kepadaKu sejengkal maka Aku mendekatkan diri kepadanya
sehasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu sehasta, maka Aku
mendekatkan diri kepadanya satu depa. Apabila ia datang kepadaKu dengan
berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari kecil ”. ( HR. Muslim )
Hadits ketiga.
عن عبد الله بن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن الله عز و جل ليقبل توبة العبد ما لم
يغرغر. (رواه إبن ماجه)
Artinya : “Dari
Abdullah bin umar dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di
tenggorokan”. (HR. Ibnu Majah )
C. PEMBAHASAN MASALAH TENTANG DOSA BESAR DAN TAUBAT
1.
Pengertian Dosa Besar.
Dalam kamus
bahasa Indonesia kata “dosa besar” terdiri
dari dua kata yaitu: dosa dan besar. Dosa adalah perbuatan yang melenggar hukum
Tuhan atau agama, perbuatan salah.[2] Dan
besar adalah lebih dari ukuran sedang(tinggi, luas, lebar, banyak, hebat,
kuasa, mulia, dsb)[3]
Tetapi besar apabila di hubungkan dengan kata dosa maka berarti; dosa
yang mengenai perkara yang besar(berat). Jadi dosa besar adalah perbuatan yang
melenggar hukumTuhan atau agama yang berkaitan dengan perkara yang
besar(berat).
Menurut terminologi makna dosa besar ( kabaair )
الكبيرة هي الموجبة للحد، وقيل ما يلحق
الوعيد بصاحبه بنص كتاب أو سنة
“Dosa besar adalah sesuatu yang mengkonsekuensikan
adanya hadd. Dikatakan pula, segala sesuatu yang menetapkan adanya
ancaman bagi pelakunya berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah” [Fathul-Baariy,
12/183].
" كل ذنب أطلق عليه بنص كتاب أو سنة أو إجماع أنه كبيرة أو
عظيم أو أخبر فيه بشدة العقاب أو علق عليه الحد أو شدد النكير عليه فهو كبيرة
"
Setiap dosa yang telah dimutlakkan dengannya melalui
Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ bahwasannya ia sebagai dosa besar dengan
lafadh kabiirah atau ‘adhiim; atau dikhabarkan padanya dengan
kerasnya siksa (bagi pelaku); atau dikaitkan padanya hadd; atau kerasnya
pengingkaran; maka itu semua adalah dosa besar” [idem].
Sehingga dapat di katakan bahwa semua perbuatan
yang mennadapat ancaman, siksaan di
neraka, di laknat oleh Allah yang telah di sebut oleh al-Quran atan as Sunnah
disebut dosa besar.
2.
Hadits Tentang Dosa Besar
Hadits pertama.
Hadits Anas
tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh tanpa
alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu.
Dari hadits diatas dapat sebut sebagai dosa terbesar, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Syirik, yaitu
menyekutukan Allah baik mengenai dzat-Nya, sifat-Nya dengan sesuatu atau
makhluk-Nya ( syirik akbar ), pada
syirik ini dosanya tidak memperoleh ampunan dari Allah.
2.
Durhaka kepada orang tua, yang dimaksud durhaka kepada orang tua adalah
bermaksiat kepada kedua orang tua (kecuali
untuk perbuatan yang melanggar syariat ).
3.
Membunuh orang tanpa alasan
yang dibenarkan. Allah
menciptakan makhluk-Nya dengan segala hal dan kewajiban-Nya, termasuk hak untuk
hidup, sehingga pembunuhan sebagai penghilangan hak seseorang untuk hidup, maka
seseorang diharamkan untuk membunuh orang lain tanpa adanya alasan yang benar.
4.
Kesaksaksian palsu. Islam mengajarkan kepada kita agar selalu bersifat
jujur, karena dengan kejujuran itulah hidup kita akan tenang dan tentram, tidak
dikejar-kejar rasa takut. Sebuah kesaksian palsu dapat merugikan orang lain.
Hadits kedua
Hadits Abu Hurairah tentang
tujuh macam dosa besar.
Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah di atas ,
menyebuntukan bahwa tujuh golongan yang
termasuk dosa besar, karena dapat merusak dirinya sendiri atau orang lain,
perbuatan itu adalah :
1. Syirik (menyekutukan) Allah.
2. Sihir. Yang dimaksud sihir disini ialah suatu tata cara yang bertujuan untuk
merusak atau menghancurkan orang lain dengan jalan minta bantuan syetan.
3. Membunuh orang yang telah diharamkan oleh Allah
kecuali dengan hak. Yang
dimaksud di sini adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena
suatu hukuman tertentu seperti qishas atau rajam.
4. Memakan riba. Memakan riba adalah mengambil sesuatu yang bukan haknya sekaligus
merugikan orang lain.
5. Makan harta benda anak yatim. Memakan harta anak yatim termasuk perbuatan yang
dilaknat oleh Allah. Perbuatan memakan harta anak yatim biasanya juga dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Yang saya maksudkan disini ialah oleh pihak wali dan
penanggung jawab, karena disamping dia yang dipercaya, juga karena tidak ada
pihak lain yang menjadi lawannya selain anak yatim itu sendiri. Sementara si
anak masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan.
6. Berpaling pada hari pertempuran (lari). Lari pada waktu perang merupakan perbuatan yang
dapat membahayakan diri sendiri atau orag lain, padahal Islam telah
menganjurkan untuk berjihad, menjadi seorang suhada’. orang ini termasuk yang dilaknat
oleh Allah nantinya.
7. Menyangka seorang perempuan mukmin berzina. Menuduh orang wanita mukmin yang berzina tanpa bukti
yang dibenarkan dapat menimbulkan fitnah,
yang juga bisa berakibat kepada psikologi diri perempuan tersebut,
keuarga serta masa depannya.
3. Pengertian taubat
Kata “taubat”
yang sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa arab.
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “taubat” mengandung dua pengertian. Pertama,
taubat berarti sadar dan menyasali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan
berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata
taubat berarti kembali kepada agama (jalan) yang benar. “Bertaubat” berarti
menyadari, menyesali, dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang
salah).
Dalam bahasa
Arab kata Taubat, menurut bahasa berasal dari kata (Taba-
Yatubu-Taubatan) yang artinya kembali.
Secara istilah taubat berarti kembali kepada perbuatan dengan
melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian bertekad
untuk melaksanakan semua hak-hak Allah SWT.
Hakikat taubat
adalah menyesal terhadap apa yang telah
terjadi,meninggalkan perbuatan tersebut saat ini juga, dan ber-azam yang kuat
untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.
اقْتَرَفَهُ
مَا اْلإِنْسَانُ يُعَاوِدَ أَلاَّ عَلَى وَالْعَزْمُ وَاْلإِقْلاَعُ وَالنَّدَمُ
اْلإِعْتِرَافُ : التَّوْبَةُ
seseorang dikatakan bertaubat, kalau ia mengakui
dosa-dosanya, menyesal, berhenti dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan
itu).[4]
Dengan demikian taubat dapat diartikan sebagai perbuatan yang kembali dari perbuatan salah / maksiat menuju perbuatan yang taat dengan tidak mengulangi kembali, serta menyesali perbuatan dosanya itu.
Dengan demikian taubat dapat diartikan sebagai perbuatan yang kembali dari perbuatan salah / maksiat menuju perbuatan yang taat dengan tidak mengulangi kembali, serta menyesali perbuatan dosanya itu.
4. Hadits Tentang Taubat
Hadits pertama
Hadits
Abi Bardah tentang beristighfar 100 kali sehari.
Manusia adalah insan yang tempatnya salah dan
lupa, banyak kesalahan yang kita lakukan, baik secara sengaja maupun tidak,
kita sadari atau tidak. Langkah kita, anggauta badan kita banyak sekali
melakukan kesalahan maupun dosa, untuk
itu diabjurkan untuk bersegeralah untuk melakukan taubat. Sebaik-baiknya orang
yang bersalah adalah segera minta maaf, oleh sebab itu menurut hadits di atas
kita dianjurkan untuk beristighfar 100 kali atau lebih.
Dalam hadits ini pula dapat diambil iktibar yaitu adanya
perintah untuk melaksanakan perintah dari Allah dan RasulNya, sehingga
memperoleh kenikmatan dunia akhirat, serta untuk menteladani sifat Nabi
Muhammad saw yang sudah dipastikan
ma’shum itupun masih meminta ampunan atas kesalahan, apalagi kita sebagai
manusia awam yang penuh dengan dosa.
Hadits kedua
Hadits Abi Hurairah tentang Allah gembira terhadap
hamba-Nya yang bertaubat.
Hadits tersebut memberikan pengertian kepada kita
bahwa kecintaan Allah terhadap taubat seorang hamba lebih besar dari
kegembiraan seseorang menemukan barangnya yang hilangdan Allah selalu menerima
taubat kapanpun serta Allah selalu
memberikan kelebihan (pahala) bagi mereka yang berbuat taubat serta kegembiraan
Allah melebihi kebahagiaan orang yang menemukan barangnya yang hilang di tengah
padang pasir. Dengan kata lain Allah mengajurkan untuk segera bertaubat karena
selain dapat mengurangi nilai dosa bertaubat juga sebagai ibadah sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat.
Hadits ketiga
Hadits dari Anas r.a. tentang orang yang taubat
terlambat.
Hadits tersebut memberi pengertian bahwasanya Allah akan
menerima taubat seseorang kapanpun selagi belum meninggal. Kalimat “sebelum ruh
sampai di tenggorokan” mempunyai arti bahwa Allah akan menerima taubat selama
masih si dunia. Hal ini juga dapat diartikan bahwa selambat – lambatnya Allah
menerima taubat manusia di tolereansikan sampai mendekati ajal. Sehingga
apabila sudah meninggal sudah tidak ada lagi diterima taubat.
D. PENUTUP
Manusia adalah
makhluk yang dibekali dengan nafsu dan dorongan-dorongan jiwa untuk berbuat
memenuhi kesenangan dirinya. Hal ini tentu saja memberi potensi kepada manusia untuk
melakukan hal-hal yang merupakan larangan-larangan Allah. Karena jika nafsu yang
menjadi penggerak segala tindak-tanduknya itu berarti kebodohanlah yang telah
mengendalikannya dan hal itu merupakan perbuatan yang melampaui batas. Namun
sangat disayangkan banyak yang bergelimang dari dosa ini - karena kebodohannya
- merasa dosanya tidak dapat diampuni oleh Allah. Tipu daya setan ini justru
semakin menjerumuskan mereka ke dalam jurang dosa yang lebih dalam dari
sebelumnya dengan terus-menerus berbuat dosa dan putus asa dari ampunan Allah.
Allah memberitahukan kepada hamba-hambanya agar tidak berputus asa dari ampunan
dan rahmat Allah karena Allah mengampuni semua dosa apa pun bentuk dan berapa
pun besarnya. Tentunya dengan memenuhi syarat-syarat taubat yang antara lain adalah
agar taubat itu dilakukan sebelum ditutupnya pintu taubat dengan datangnya ajal
atau azab atau datangnya kiamat yang ditandai dengan terbitnya matahari dari
barat. Berikut ini beberapa poin penting yang dapat kita ambil hikmahnya dari
ayat-ayat di atas.
Larangan
berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Karena putus asa itu merupakan
salah satu senjata setan untuk menyesatkan manusia dan merupakan sifat orang
kafir.
Allah mengampuni
semua dosa apa pun bentuk dan berapa pun besarnya.
Termasuk syarat taubat adalah kembali kepada Allah dan
berserah diri kepadanya dengan memeluk Islam tentunya. Karena tidak mungkin berserah
diri kepada Allah tanpa menjadi Muslim. Hendaklah hal itu dilakukan sebelum
azab datang menimpa karena taubat dan penyesalan pada saat azab datang tidak
lagi berguna untuk menolong seseorang.
Perintah untuk
mengikuti dan mematuhi sebaik-baik yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya yaitu
Alquran sebelum datangnya azab menimpa pada saat kita tidak menyadarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam Zainudin
Ahmad bin Abdul Latif Az-zabidi, , Ringkasan Hadits Sahih Bukhari,
diterjemahkan oleh Achmad Zaidun dari Mukhtashar Sahih Al-Bukhari, Jakarta
: Pustaka Amani, 2002, cet,1
Syamsudin Adz-Dzahabi, 75 Dosa besar,
disadur oleh M. Ladzi Syafoni dari Al-akbar, Surabaya : Media Idaman, 1987,
cet. 1
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap
Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Siddiq dari Bulughul Maram
Min Adillat Al-Ahkam, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2009, cet. 2
Muhammad Al-Utsaimin,Syarah
Riyadhu Ash-Shalihin (Jilid 1), diterjemahkan oleh Munirul Abidin dari
Syarah Riyadhus Shalihin (Jilid 1), Jakarta: PT. Darul Falah, 2006, cet. 2
Purwadarmanto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1999, cet. XVI
[1] A. Hasan Asy’ari Ulama’i, Hadis-hadis Pendidikan Mental Islami
(Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,2008),hlm.118
[2] Purwadarmanto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai
Pustaka, 1999) cet. XVI, hlm.258
[3] Ibid, hlm. 130-131
[4] Syamsudin Adz-Dzahabi, 75 Dosa Besar, disadur oleh M. Ladzi
Syafoni dari Al Akbar, (Surabaya: Media Idaman, 1987), cet. 1 hlm. 29-30
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !