PENDAHULUAN
A.
Sekapur Sirih
Segala
puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberi kenikmatan Islam, Iman, dan Ihsan
serta nikmat kesehatan dan kesempatan. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW. beliaulah sosok pemuda padang
pasir yang senantiasa gigih dalam berjuang sehingga Islam tetap jaya dan
terbukti kebenarannya.
Maksud
dari disusunnya makalah ini adalah karena adanya tugas yang mewajibkan
disusunnya makalah ini. Dalam menyusun makalah ini,penulis berusaha menyajikan
secara sederhana, praktis, dan sistematis agar mudah dipelajari dan dihayati
oleh para teman dan mereka yang memilih perhatian besar terhadap hadits.
Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin. Kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran membangun dari siapa saja agar makalah ini lebih bermanfaat dan
kualitasnya lebih baik di masa datang.
B.
Latar Belakang
Mata
kuliah Hadits Pedidikan merupakan salah satu mata kuliah yang harus diikuti
oleh semua mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun materinya
meliputi sebagaimana yang tertera dalam kontrak perkuliahan. Pada kesempatan
kali ini, kami akan membahas tentang materi “Membuat Perumpamaan”.
Adapun
sistematika penulisan yang dipakai adalah sebagaimana persyaratan dalam lembar
kontrak perkuliahan. Kami sangat berharap agar teman-teman tidak merasa puas
dengan penjelasan dalam makalah ini saja, tetapi harus mencari dan menggali
literatur hadits atau buku lainnya.
PEMBAHASAN
MEMBUAT
PERUMPAMAAN
A.
Redaksi
Hadits
حَدَّثَنَا
مُحَمّدُ بْنُ الْعُلاَءِ حَدَثَّنَا أَبُوْ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ
اللهِ عَنْ أَبِي بَرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ
وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ".[1]
B.
Terjemah
Hadits
Artinya
: ” Telah menceritakan kepada kita Muhammad bin ‘Ala’, telah menceritakan
kepad kita Abu Usamah, dari Buraid ibn Abdillah dari Abi Barda’ dari Musa
Radliyallahu ‘Anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW.bersabda “Perumpamaan
orang-orang yang mengingat (Tuhannya) bagaikan perbedaan antara orang yang
hidup dan orang yang mati ”. [2]
- Tinjauan Bahasa
Menyebut,
mengingat[3]
: يَذْكُرُ
Hidup : الْحَيُّ
Mati : المَيِّتُ
- Biografi Perawi
Abu Barda’
Nama sebenarnya adalah Uwaimir bin Zaid bi Qois. Ia seorang sahabat Anshar
dari kabilah Khazraj. Abu Barda’ hafal Al-Qur’an dari Rasulullah SAW., dalam
Perang Uhud, ia mendapatkan cobaan yang baik. Nabi SAW.bersabda mengenai
dirinya : “ Prajurit berkuda paling baik adalah Uwaimir ”, Rasulullah
mempersaudarakan dia dengan Salman Al-Farisi.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Abu Barda’ diangkat menjadi hakim
di Syam, ia adalah mufti (pemberi fatwa) penduduk Syam dan ahli fiqih penduduk
Palestina.
Ia meriwayatkan hadits dari Sayyidah Aisyah dan Zaid bin Tsabit. Sedangkan
yang meriwayatkan darinya ialah anaknya sendiri. Hadits yang ia riwayatkan
mencapai 179 buah, tentang dia, Masruq berkata : Aku mendapatkan ilmu
Rasulullah SAW. pada enam orang, diantaranya dari Abu Barda’.[4]
Ia wafat pada tahun 32 H di Damaskus.
- Syarah Hadits
- Sekilas Tentang Perumpamaan
Perumpamaan
(matsal) sesuatu adalah sifat sesuatu itu yang menjelaskan dan
menyingkap hakikatnya atau apa yang dimaksudkan untuk dijelaskannya , baik na’atnya
maupun ahwâlnya.[5] Kadang-kadang perumpamaan sesuatu yaitu penggambaran dan penyingkapan
hakikatnya dengan jalan majaz atau hakikat dibukukannya dengan mentasybihkannya
(penggambaran yang serupa).
Seperti halnya Sayyid Ridho dalam menafsirkan ayat :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْىِ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً
مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ( البقرة : ۲٦ )
"
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu.........” (QS.Al-Baqarah
: 26).
Beliau
mengatakan matsal ( membuat perumpamaan ) berarti menyentuhkan (
memberikan ) dan menjelaskan perumpamaan. Dalam suatu pembicaraan, untuk
menjelaskan sesuatu hal. Si pembicara menyebutkan sesuatu sesuai dan menyerupai
persoalan tersebut sambil menyingkap kebaikan ataupun keburukannya tersebut.
Penggunaan kata dharb dalam hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan
memberikan kesan, seakan-akan si pembuat perumpamaan mengetuk telinga si
pendengar dengan perumpamaan itu, sehingga pengaruhnya menembus qalbunya sampai
ke dalam lubuk jiwanya.
Dari
uraian di atas bisa diketahui bahwa perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di
dalam Al-Qur’an ataupun dalam bahasa, mempunyai makna antara lain :
a. Menyerupakan sesuatu kebaikan
atau keburukannya dimaksudkan kejelasannya dengan memberikan tamsil dengan
sesuatu yang lainnya yag kebaikan atau kehinaannya telah diketahui secara umum,
seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung-pelindung
selain Allah dengan laba-laba. Hal ini seperti halnya terdapat dalam ayat
Al-Qur’an :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللهِ
أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ
الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت :٤١).
“ Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah laba-laba yang membuat rumah.Dan
sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui.” (QS. Al-Ankabut : 41).
b. Mengungkapkan sesuatu keadaan
dengan dikaitkan kepada lain yang memiliki titik persamaan untuk menandaskan
perbedaan antara keduanya, seperti firman Allah yang terjemahannya sebagai
berikut, “Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang yang beriman
(kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal saleh dan beriman (pula) kepada apa
yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Rabb mereka, Allah
menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang
demikian adaah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan
sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Rabb mereka.
Demikianlah Allah membuat untuk menusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.”
(QS.Muhammad( 47):3). Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan ihwal mereka
dengan menunjukkan perbedaan yang tegas di antara kedua golongan itu,
orang-orang kafir akan sia-sia amalnya, sedangkan orang yang beriman kepada
Allah, akan dihapuskan dari kesalahan-kesalahannya. Padahal, diantara kedua
kaum itu terdapat titik persamaan yaitu bahwa masing-masing kaum adalah manusia
yang juga diberi akal oleh Allah, dan kepada mereka diutus seorang rasul.
Namun, meskipun demikian terdapat perbedaan yang besar antara keduanya dari
segi perbuatannya, karena masing-masing menempuh jalan yang berlainan dan
mgambil cara yang berbeda dengan yang diambil pihak lain. Demikianlah makna
perumpamaan tersebut di atas.
c. Menjelaskan kemustahilan
adanya keserupaan antara dua perkara, yang oleh kaum musyrikin dipandang
serupa. Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an ditemukan tamsil yang menandaskan
perbedaan antara sembahan kaum musyrikin dengan al-khâliq, dengan
menandaskan bahwa tuhan-tuhan kaum musyrikin tidak berakal, apalagi bila
dianggap sebanding dengan al-khâliq.
- Hubungan Hadits Dengan
Pendidikan
Perumpamaan
bukan hanya sekedar karya seni yang dimaksudkan untuk memberikan keindahan
kesusastraan mereka, melainkan mempunyai tujuan psikologis pedagogis, maknanya
serta tujuannya yang luhur tersingkap dengan jalan menarik kesimpulan dari
perumpamaan-perumpamaan itu. Disamping itu, dengan penarikan kesimpulan
tersebut akan tersingkap pula mukjizat keindahan kesusastraan serta cara
penyampaian pesan yang relevan.
1. Dengan adanya perumpamaan,
seorang guru akan mengibaratkan perkara/sesuatu yang abstrak dengan sesuatu
yang konkrit, sehingga para siswa yang diajarnya memahami kandungan makna yang
abstrak/susah itu. Seperti halnya ketika Rasulullah berlalu di sebuah pasar dan
melihat orang-orang yang sedang memperebutkan keuntungan dan kepentingan yang
semata-mata bersifat duniawi, maka Rasulullah membuat perumpamaan bagi mereka
dimana Rasulullah SAW.mengumpamakan kehinaan dunia dalam pandangan Allah dengan
kehinaan anak kambing yang mati.
2. Dengan adanya perumpamaan yang
dibuat oleh seorang guru, akan dapat merangsang kesan dan pesan yang berkaitan
dengan penjelasan yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Artinya, dengan
perumpamaan itu, para siswa akan menangkap pesan dan kesan tersendiri, sehingga
dengan pesan yang didapatnya itu akan membantu mengingat penjelasan yang
dituturkan seorang guru. Namun, untuk menghindari perbedaan daya tangkap pesan
para siswa, seorang guru haruslah memberikan gambaran-gambaran yang jelas, yang
mudah ditangkap, dan sekiranya bisa dimengerti oleh siswa. Kemudian pada akhir
jam pengajaran, perumpamaan yang dibuat guru itu harus disimpulkan dan
dikonsepkan sehingga para siswa tidak salah arah dan kabur dalam memahami
perumpamaan tersebut.
3. Dengan adanya perumpamaan itu,
akan dapat menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan/religious.
Timbulnya berbagai perasaan tersebut bertemu dengan timbulnya perasaan senang
terhadap kandungan makna yang terdapat dalam perumpamaan itu . Seperti halnya
perasaan senang menerima pahala dari Allah dan perasaan mulia dengan menerima
kemurahan, karunia serta nikmat-Nya.
4. Dengan adanya perumpamaan,
secara tidak langsung akan mendidik akal siswa supaya berfikir benar dan
menggunakan silogisme yang logis dan sehat.
5. Perumpamaan merupakan motif
yang menggerakkan perasaan, menghidupkan naluri yang selanjutnya menggugah
kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala
kemungkaran. Dengan cara demikian, perumpamaan itu merupakan andil dalam alat
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam mendidik manusia agar bertingkah laku
baik, serta menghindarkan diri dari kecenderungan berbuat jahat. Dengan
demikian, orang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat akan
terjaga untuk hidup secara lurus, sehingga siswa yang mampu menghisap inti sari
yang tersirat dalam perumpamaan itu akan dapat berjalan di atas jalannya
sendiri. Ia akan mampu merealisasikan pola budaya yang tinggi dalam rangka
menciptakan ketentraman dan keadilan bagi manusia lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya pendidik berusaha melaksanakan pendidikan tingkah laku, kehendak yang
baik dan kecenderungan berbuat baik.
PENUTUP
Demikian
kiranya apa yang bisa kami susun, apabila ada kesalahan baik dalam penyusunan
maupun penyampaian kami mohon maaf yang ganda laksa. Kami ucapkan terima kasih
atas partisipasinya
DAFTAR
PUSTAKA
Annahlawi,
Abdurrahman, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah,
dan Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), cet. 1.
As-Sholih,
Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002).
Bahreish,
Salim, Terjemah Riyadush Shalihin, (Bandung : Al-Ma’arif, 1987),
hlm.343.
Kitab
Shohih Bukhari,
(Turki : Maktab Assalafi), 168.
Yunus,
Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hida Karya Agung).
[5]
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip dan Metode Islam Dalam Keluarga, Sekolah,
dan Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1987),cet.1, hlm.350.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !